Rabu, 17 Desember 2008

.: Berapa Banyak yang Telah Kau Berikan Untukku? :.

. Rabu, 17 Desember 2008



"Berapa banyak yang telah kau berikan untukku?" Satu pertanyaan yang sangat akrab di telinga kita dan mungkin sering kita tanyakan kepada orang lain baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Saya teringat sebuah ungkapan kebijaksanaan yang sangat terkenal dari President Amerika Serikat, John F. Kennedy yang berbunyi, "Jangan pernah tanyakan kepada Negara apa yang telah Negara berikan kepadamu tetapi tanyakanlah pada dirimu apa yang telah engkau berikan kepada Negara". Kurang lebih demikianlah bunyinya.

Dalam menjalani kehidupan seringkali kita selalu mengungkapkan pertanyaan itu. Mungkin setiap hari pertanyaan itu selalu muncul dalam segala aspek kehidupan kita, soal pekerjaan, soal persahabatan dan tak luput juga soal percintaan. Malahan terkadang pertanyaan itu semakin lengkap setelah kita tambahi kalimat seperti, "Dibandingkan dengan apa yang telah kuberikan kepadamu maka......" atau "Setelah segala sesuatu yang kulakukan untukmu maka......" atau mungkin "Melihat semua pengorbananku untukmu maka......". Tanpa kita sadari telah banyak tekanan yang kita berikan dalam hidup kita sendiri dan orang-orang yang ada di sekitar kita. Pertanyaan di atas seringkali juga kita sampaikan dalam bentuk lain, contohnya "Aku telah menolongmu dan lihat apa yang kaulakukan padaku" atau "Masih tidak cukupkah semua yang kulakukan untukmu" atau seperti ini "Aku sangat mencintaimu namun mengapa kau menyakitiku", dan masih banyak lagi bentuk-bentuk tekanan dan tuntutan yang kita ajukan kepada orang yang ada di sekitar kita yang tanpa kita sadari telah memberikan tekanan dalam hidup kita sendiri.

Hakekat manusia adalah memiliki kelebihan dan kekurangannya. Setiap kita tentu memilikinya. Namun terkadang kita seringkali melihat sesuatu atau seseorang dari sudut pandang kita, dari kacamata kita sendiri tanpa pernah menempatkan diri kita pada sudut pandang mereka. Memang benar bahwa lebih mudah bagi kita untuk melihat keluar dari pada melihat ke dalam dan itulah salah satu kelemahan mendasar yang dimiliki setiap manusia. Meminta atau menuntut sesuatu merupakan salah satu sifat dasar alamiah yang ada dalam diri setiap manusia. Sejak masih dalam kandungan secara langsung atau tidak kita telah meminta dan menuntut dan hal itupun berlanjut hingga kita melangkahkan kaki ke liang kubur.

Setiap kelemahan mendasar dan sifat dasar alamiah yang kita miliki adalah sebagian dari elemen-elemen yang membentuk kita dan memberikan kita keunikan sebagai seorang pribadi atau individu. Namun ada sebagian dari elemen-elemen itu yang harus kita buang, ubah atau diperbaiki agar dapat memberikan ciri-ciri menarik dalam kepribadian kita. Tentu hal ini akan sangat baik dan penting bagi kita sebagai mahluk sosial dalam berinteraksi dengan dunia yang ada disekitar kita.

Menuntut dan meminta adalah bias dari kebutuhan kita sebagai manusia akan sesuatu baik itu bersifat materiil ataupun spiritual. Kebutuhan akan perhatian, kasih sayang dan kebahagiaan adalah sebagian sebab hingga kita memiliki tuntutan dan permintaan. Bukanlah hal yang salah jika kita meminta dan menuntut sesuatu karena itu adalah salah satu sarana bagi setiap manusia untuk merefleksikan kemanusiaannya. Ketidaksempurnaan segala sesuatu termasuk kita manusia seringkali mengubah tuntutan dan permintaan itu menjadi beban bagi kita, bagi orang lain dan bagi hubungan yang kita jalin dan bangun dengan orang lain. Sehingga bukan kebahagiaan yang kita temukan namun beban dan sakit hati yang selalu kita dapatkan dari semua permintaan dan tuntutan itu. Jadi, bagaimana cara menyiasati agar sifat dasar meminta dan menuntut itu dapat berubah dari kelemahan menjadi kekuatan kita?

"Lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah." Ungkapan kebijaksanaan abadi yang memiliki arti yang sangat dalam. Atau dengan bahasa lain dapat disampaikan sebagai berikut, "Lebih baik memberi daripada menerima". Inilah hal yang paling penting yang harus kita bangun dalam jiwa kita. Bagaimana menemukan kebahagiaan dengan lebih banyak memberi dari pada meminta? Tentu bukan hal yang mudah untuk merubah pola pikir kita yang selama ini telah tertanam dan terbentuk selama bertahun-tahun. Perlu kerelaan dan keterbukaan hati untuk lebih banyak melihat keluar daripada melihat kedalam. Perlu kemawasan diri untuk mau menempatkan diri dan melihat dari kacamata orang lain.

Masih lebih baik kita bertanya pada diri kita "Seberapa banyak yang telah kuberikan kepadanya?" dan jika kita belum menemukan kebahagiaan dan apa yang kita harapkan dari orang itu maka cobalah untuk melihat dari sudut pandangnya. Terkadang seseorang menyakitimu ataupun melukaimu bukan karena dia sengaja atau tak peduli padamu ataupun tak mencintaimu serta tak ingat akan setiap pengorbananmu namun terkadang banyak hal yang dia sebagai manusia tak bisa membendungnya. Pasti ada alasan di balik semua itu dan itulah saatnya bagi kita untuk melihat dari kacamatanya dan merefleksikan keadaan tersebut.

Jika kita memberi sepenuhnya dan dapat melihat serta mengerti akan seseorang maka kita akan menemukan kebahagiaan dibalik ketidaksempurnaan. Dan mungkin dengan semua itu kita dapat merubah seseorang itu sempurna bagi kita. Ingatlah, setiap ungkapan kebijaksanaan diatas dan satu lagi, "Love is not demanding but understanding". Jadi, jika kau hendak memberi, berikanlah tanpa pamrih dan jika kau mencintai, cintailah tanpa alasan. Itulah hakekat kesejatian yang abadi dan niscaya jika kita telah dapat menyelaminya maka kebahagiaan sejati akan menjadi milik kita.


1 komentar:

PKS Ngaglik Sleman mengatakan...

OK banget!

:)) ;)) ;;) :D ;) :p :(( :) :( :X =(( :-o :-/ :-* :| 8-} :)] ~x( :-t b-( :-L x( =))

Posting Komentar

 
aris-media is proudly powered by Blogger.com | Template by o-om.com | Power by blogtemplate4u.com